Tampilkan postingan dengan label arahat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label arahat. Tampilkan semua postingan

Jumat, 30 September 2016

Sejarah Mengenai Fu De Zheng Shen / 福德正神 - Bagian 2

Dewa Fu De Zheng Shen digambarkan sebagai seorang pria tua yang tersenyum ramah, berambut serta berjanggut panjang berwana putih, dan seringkali digambarkan dalam posisi duduk. Tidak banyak klenteng yang membedakan antara Fu De Zheng Shen dengan Tu Di Gong. Jika klenteng tersebut membedakan altar untuk keduanya, altar Fu De Zheng Shen selalu berada di atas (sejajar dengan ketinggian altar-altar Dewa-Dewi yang lain), sementara altar Tu Di Gong berada di bawah (hampir sejajar dengan lantai) dan biasanya ditempatkan di bawah altar dewa yang lain. Tu Di Gong sendiri sering juga divisualisasikan (dalam bentuk patung atau lukisan) bersama dengan seorang nenek yang disebut “Tu Di Poo“.
Tu Di Gong sendiri adalah para Dewa Bumi yang menguasai tanah (area) lokal, seperti sebuah area tanah tempat suatu bangunan didirikan. Masing-masing wilayah memiliki Tu Di Gong yang berbeda. Konon Mereka adalah kelompok Dewa yang berkedudukan paling rendah dalam “Tata Birokrasi Surga” serta yang paling dekat dengan umat manusia. Karena berhubungan dengan tanah (termasuk tanah pemakaman), altar untuk Tu Di Gong selalu diletakkan sejajar dengan lantai atau tanah. Pada makam-makam Tionghoa biasanya selalu memiliki sebuah bangunan kecil di sampingnya yang digunakan untuk memuja Tu Di Gong.
Pada masa lalu, hanya para pejabat pemerintah yang diperbolehkan untuk membangun kuil pemujaan kepada tatanan para dewata. Masyarakat awam tidak diperbolehkan untuk berdoa di sana. Namun, masyarakat menemukan cara untuk bersembahyang kepada Tu Di Gong; masyarakat yang kebanyakan merupakan petani atau penggarap sawah yang miskin itu membuat papan dari tanah liat kemudian meletakkan di tanah sebagai media untuk berdoa. Inilah asal usul mengenai kenapa altar untuk Tu Di Gong diletakkan di atas tanah; sementara altar untuk Fu De Zheng Shen diletakkan di atas meja altar.

Jumat, 01 Juli 2016

Sejarah 18 Arahat / 18 Lohan / Shíbā Luóhàn BAGIAN 18 (BAGIAN AKHIR)



RAHULA / THE THINKING LOHAN / LOHAN BERPIKIR

"Selalu mempertimbangkan dan bermeditasi. Memahami semua hal. Di atas dunia dan bebas dari keterikatan. Kasih sayang yang disampaikan hingga ke Surga Kesembilan"


RAHULA adalah nama india sebuah konstelasi perbintangan. Di India kuno, diyakini bahwa gerhana disebabkan oleh bintang berada antara bumi dan bulan atau matahari; menghalangi cahaya. Rahula lahir saat gerhana bulan dan diberi nama Rahula, konstelasi yang menyebabkan fenomena ini. Rahula adalah salah satu dari 10 murid favorit Buddha, dan terkenal karena kekuatan meditasinya. Rahula dipercaya dapat menjadi mahakuasa dan mahatahu selama meditasi. Ketika tenggelam dalam pikirannya, ia merenungkan kebijaksanaan dan tindakan.

Sejarah 18 Arahat / 18 Lohan / Shíbā Luóhàn BAGIAN 17



VANAVASA / THE PLANTAIN LOHAN / LOHAN PISANG RAJA

"Riang dan santai. Dengan hawa-hawa langit dan semangat religius, melampaui dunia fana ini"


Menurut legenda, VANAVASA lahir saat hujan lebat, dan pohon pisang raja di halaman belakang rumahnya bergemuruh dengan sangat ribut. Jadi ia dinamakan VANAVASA, yang berarti hujan dalam bahasa Sanskerta. Kemudian ia menjadi biarawan dan akhirnya mencapai pencerahan. Karena dia suka bermeditasi di bawah pohon pisang, ia disebut Lohan Pisang Raja. Dalam mitologi, ia diceritakan ditempatkan di pegunungan Ko-Chu bersama 1,400 lohans yang lebih rendah. Dia kadang-kadang ditampilkan bermeditasi di sebuah gua dengan mata tertutup dan tangan terlipat di lututnya.

Sejarah 18 Arahat / 18 Lohan / Shíbā Luóhàn BAGIAN 16



PANTHA THE YOUNGER / DOORMAN LOHAN / LOHAN PENJAGA PINTU

"Kuat, tegap dan tangguh. Menjaga dengan kewaspadaan tinggi dan sangat berhati-hati. Dengan tongkat Buddha di tangan. Gagah berani menumpas kejahatan dan iblis"


Menurut legenda, lohan yang dikenal sebagai PANTHA yang lebih Muda adalah salah satu murid favorit Sang Buddha. Ketika ia pergi meminta sedekah dia akan menggedor dengan kuat pintu orang-orang. Suatu kali ketika ia melakukan hal itu, sebuah pintu tua yang sudah lapuk itu runtuh, dan ia harus meminta maaf kepada sang pemilik rumah. Maka daripada itu, Buddha memberinya tongkat timah dan berkata kepadanya, "Jika Anda pergi meminta sedekah, Anda tidak perlu menggedor pintu orang lagi, melainkan ketukkan saja tongkat ini. Jika orang di dalam ingin memberikan sedekah, mereka akan membukakan pintu." Tongkat timah tersebut mempunyai beberapa cincin dan membuat suara yang ringan ketika diketuk. Tongkat timah tersebut telah menjadi simbol dari lohan ini.

Sejarah 18 Arahat / 18 Lohan / Shíbā Luóhàn BAGIAN 15



KANAKA THE VATSA / THE HAPPY LOHAN / LOHAN KEBAHAGIAAN

"Membinasakan para setan dan iblis. Alam semesta pun sekarang telah dibersihkan. Mengangkat tangan untuk kegembiraan yang tiada tara. Menjadi liar dengan sukacita"


KANAKA SANG VATSA adalah seorang pengkhotbah ulung yang terkenal dan pendebat ajaran-ajaran Buddhis. Ketika ditanya apa kegembiraan, ia akan menjawab bahwa kebahagiaan adalah pengalaman yang dialami melalui panca indera. Ketika ditanya apa kebahagiaan yang teramat sangat, ia akan menjawab bahwa itu adalah kebahagiaan yang tidak datang dari panca indera tapi dari dalam, seperti perasaan Buddha di dalam hatinya. Wajahnya sering tersenyum saat berdebat dan terkenal untuk khotbahnya tentang kebahagiaan, karena itu ia disebut Lohan Kebahagiaan.

Kamis, 30 Juni 2016

Sejarah 18 Arahat / 18 Lohan / Shíbā Luóhàn BAGIAN 14



ANGIDA / THE CALICO BAG LOHAN / LOHAN TAS BELACU

"Buddha dengan kehidupan yang abadi. Tas yang tak ternilai yang berisikan rahasia langit dan bumi. Bahagia dan memiliki kepuasan. Sangat ceria dan selalu menyenangkan"


Menurut legenda, ANGIDA adalah penangkap ular India yang bertujuan untuk mencegah ular dari menggigit orang yang lewat. Setelah ular itu tertangkap, ia akan menghilangkan taring berbisanya dan kemudian melepaskan mereka di pegunungan. Dikarenakan kebaikan hatinya lah, Angida mampu mencapai pencerahan. Dia membawa tas belacu untuk menaruh ular didalamnya. Ia seharusnya muncul di Fenghua di Provinsi Zhejiang tahun 907 Masehi sebagai seorang biarawan pengemis yang membawa tas belacu. Dia kemudian terlihat untuk kedua kalinya di Cina pada 917 masehi, membabarkan Dharma di atas batu di dekat Kuil Yuelin.

Sejarah 18 Arahat / 18 Lohan / Shíbā Luóhàn BAGIAN 13



KANAKA THE BHARADVAJA / THE RAISED BOWL LOHAN / LOHAN PENGANGKAT MANGKUK

"Dalam kebesaran yang megah. Dengan penuh suka cita turun dari surga. Mengangkat dua tangan Yin dan Yang mengangkat mangkuk untuk menerima kebahagiaan. Bersinar dengan bahagia dan kegembiraan yang meluap-luap"


KANAKA sang BHARADVAJA adalah seorang biarawan Buddha pengemis yang biasanya meminta sedekah dengan mengangkat mangkuknya. Setelah ia memperoleh pencerahan, ia pun dijuluki The Raised Bowl Lohan atau Lohan Pengangkat Mangkuk. Kata mangkuk sedekah, Bo, dipinjam dari Bahasa Sansekerta, mengambil huruf pertama dari tiga suku kata aslinya, karena tidak ada kata yang seperti itu di cina. Pada awalnya, mangkuk itu terbuat dari logam. Saat ini, mangkuk itu ditemukan pada umumnya terbuat dari setengah tempurung kelapa yang halus sempurna atau kayu beech warna merah. Penggunaannya, yang untuk menampung makanan sedekah, tetap tidak berubah.

Sejarah 18 Arahat / 18 Lohan / Shíbā Luóhàn BAGIAN 12



Sejarah 18 Arahat / 18 Lohan / Shíbā Luóhàn BAGIAN 12

PINDOLA SANG BHARADVAJA / DEER-SITTING LOHAN / LOHAN MENDUDUKI RUSA

"Dengan sangat bermartabat duduk di atas seekor rusa. Seolah-olah dalam pemikiran mendalam. Dengan ketenangan yang sempurna. Berada di atas kepuasan mengejar hal-hal duniawi"


Pindola sang Bharadvaja, berasal dari keluarga kasta Brahmana tertinggi, sebelumnya beliau adalah seorang pejabat pemerintah yang kuat dalam sebuah kerajaan India yang sangat dipercaya oleh raja. Suatu hari ia tiba-tiba memutuskan untuk menjadi seorang biarawan dan tidak mengindahkan permohonan dari raja, ia meninggalkan kerajaan untuk bergabung dalam sebuah biara di pegunungan. Suatu hari, ia muncul di depan istana dengan mengendarai seekor rusa. Para penjaga kerajaan yang mengenalinya segera melaporkan kepada raja yang kemudian keluar untuk menyambutnya. Raja mengatakan bahwa dia bisa memiliki posisinya kembali kalau dia menginginkannya. Bharadvaja menolak dan mengatakan bahwa dia kembali untuk meminta raja untuk bergabung dengannya. Setelah percakapan yang panjang, berbagai metafora digunakan untuk menjelaskan dosa perihal makan daging dan nafsu duniawi, akhirnya dia meyakinkan raja, yang kemudian turun tahta dan mengikuti Bharadvaja menjadi seorang biarawan.

Sejarah 18 Arahat / 18 Lohan / Shíbā Luóhàn BAGIAN 11



KALIKA / ELEPHANT-RIDING LOHAN / LOHAN PENGENDARA GAJAH

"Sering digambarkan mengendarai seekor gajah. Lantang dalam melantunkan sutra. Dengan hati untuk kemanusiaan dan mata yang dapat menjelajah ke 4 penjuru alam semesta"


KALI dalam bahasa Sansekerta berarti gajah. Dan KALIKA, seorang penunggang gajah, atau seorang pengikut KALI. Gajah, dilambangkan mempunyai semangat dan kekuatan besar, ketahanan dan ketekunan, melambangkan kekuatan Sang Buddha. Lohan Kalika dahulu adalah seorang pawang gajah yang kemudian menjadi seorang biarawan yang dengan amal dan pahala nya kemudia mencapai pencerahan. Terkait dengan profesinya terdahulu, ia sering digambarkan menunggangi / bersama dengan seekor gajah.

Sejarah 18 Arahat / 18 Lohan / Shíbā Luóhàn BAGIAN 10



NANDIMITRA / THE RAISED PAGODA LOHAN / LOHAN PENGANGKAT PAGODA

"Sebuah pagoda tujuh tingkat. Dengan keajaiban dan keunggulan kekuatan Buddha. Kuat tanpa amarah"


Menurut legenda, NANDIMITRA adalah murid terakhir Sang Buddha. Di dalam ingatan gurunya yang terkasih, Nandimitra sering membawa sebuah pagoda yang dibuat khusus, menandakan bahwa Buddha selalu ada di sana, selama-lamanya. Sebelum pengenalan ajaran Buddha ke Tiongkok, tidak ada pagoda di negeri ini. Orang Cina harus membuat sebuah penamaan baru, dari suku kata pertama dari kata Sansekerta asli, untuk menyebut struktur bangunan arsitektur yang unik ini. Dalam ajaran Buddha, pagoda merupakan wadah untuk tulang Buddha, dan karena itu melambangkan iman.

Sejarah 18 Arahat / 18 Lohan / Shíbā Luóhàn BAGIAN 9



NAKULA / THE MEDITATING LOHAN / LOHAN MEDITASI

"Diam-diam mengolah pikiran. Sebuah wajah yang tenang dan terkendali. Tenang dan sangat berwibawa. Untuk memasuki Surga Barat"


Menurut tradisi, NAKULA / PAKULA pada awalnya seorang pejuang dengan kekuatan besar. Dia berhenti dari hidup berjuang / membunuh untuk menjadi biarawan, yang pada akhirnya berhasil mencapai pencerahan melalui meditasi terus menerus. Namun, karena profesinya terdahulu, dia masih banyak memancarkan kekuatan fisik bahkan selama meditasi. Dalam mitologi, pengaruh Lohan ini meluas sampai seluruh India, dan dianggap salah satu murid favorit Buddha. Kadang-kadang, dia digambarkan sebagai guru, memegang tali tasbih Buddha dengan seorang anak kecil di sampingnya.

Sejarah 18 Arahat / 18 Lohan / Shíbā Luóhàn BAGIAN 8



VAJRAPUTRA / THE LAUGHING LION LOHAN / LOHAN SINGA TERTAWA

"Suka bermain-main dan bebas dari rintangan. Seperti anak harimau yang melompat-lompat dengan gembira. Dapat dengan mudah merubah ketegangan menjadi tenteram. Penuh suka cita dengan semua makhluk hidup"


VAJRAPUTRA secara harfiah berarti "Manusia Kucing”. Dia adalah seorang pemburu singa sebelum menjadi pengikut Buddha. Setelah memperoleh pencerahan, seekor singa kecil datang bermain-main disisinya. Hewan itu terlihat berterimakasih kepadanya karena menghentikan pekerjaannya berburu singa, sehingga menyelamatkan orangtua dan saudara-saudaranya. Sejak itu, Vajraputra dan singa kecil itu tidak terpisahkan. Sang singa dengan auman yang mengguncang bumi, melambangkan Buddha yang tidak terkalahkan. Oleh karena itu, sangat umum jika menemukan sepasang singa berdiri menjaga di depan gerbang sebuah kuil Buddha atau biara di Tiongkok.

Sejarah 18 Arahat / 18 Lohan / Shíbā Luóhàn BAGIAN 7



BODHIDRUMA / THE OVERSEA LOHAN / LOHAN SEBERANG LAUTAN

"Berlayar ke Timur membawa buntelan kitab suci untuk disebarkan kepada dunia. Mendaki pegunungan, mengarungi sungai - sungai. Demi keselamatan seluruh umat manusia"


Bodhidruma dalam bahasa Sansekerta berarti berbudi luhur dan cerdas. Juga merupakan nama pohon langka di India, Pohon Bodhi yang telah sangat dikenal sebagai pohon kebijaksanaan karena Buddha Sakyamuni menjadi tercerahkan di bawah naungannya. Arahat ini dilahirkan di bawah sebuah Pohon Bodhi dan diberi nama Bodhidruma. Legenda mengatakan bahwa Bodhidruma bertanggung jawab untuk menyebarkan Buddhisme ke Hindia Timur. Dari India dia berlayar melintasi samudra sampai ke daratan di Pulau Jawa, sebab itu namanya adalah Seberang Lautan.