Tampilkan postingan dengan label theravada. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label theravada. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 April 2017

BELAJAR ARTI KEBENARAN dari YM. Bhikkhu Sri Pannavaro Mahathera

BELAJAR ARTI KEBENARAN dari YM. Bhikkhu Sri Pannavaro Mahathera
20 Tahun yang lalu saat saya berusia 17 tahun, saya berada dalam kelas meditasi bersama dengan beliau, YM. Bhikkhu Sri Pannavaro Mahathera, di sebuah Cetya kecil dibilangan Bojong - Cengkareng, saat itu beliau ditemani oleh seorang Samanera muda bernama Saddhapala.
Selesai sesi meditasi Anapasati saat itu, YM. Bhante bertanya " Ada yang ingin ditanyakan, saudara ?
Saya mengangkat tangan saya " Saya Bhante..."
Dengan senyum tersungging, beliau menjawab " Silahkan saudara Lim... mudah mudahan Bhante dapat menjawabnya ya ..."
" Bhante, apakah itu kebenaran ?" tanya saya
Bhante tidak serta menjawab saya, beliau meminta saya maju ke mimbar Rupang Buddha " Lim, coba kamu letakkan tangan kamu di atas lampu minyak yang ada diatas altar tersebut " sejenak kemudian beliau bertanya lagi " Apa yang kamu rasakan Lim ?"
" Panas Bhante... "
" Ya ... itulah kebenaran" jawab beliau seraya tersenyum
Saya masih bingung, dan terlihat sekali dari raut wajah saya ketika itu
" Kamu bingung ?"
" Iya Bhante, saya tidak paham..."
" Lim, kalau kamu bertanya dan mencari kebenaran, kebenaran itu persis seperti panasnya lampu minyak yang barusan kamu rasakan. Ada namun tidak terlihat, terasa namun tak dapat digenggam, mengelilingimu dengan cahayanya namun tak dapat kamu miliki, semua orang merasakan hal yang sama, melihat pancaran lampu tersebut, namun saat ingin dimiliki atau disentuh dia tak tersentuh, namun dapat dilihat dan dirasakan, itulah kebenaran. Kebenaran itu universal Lim, milik penciptanya dan segenap dunia ini, namun saat kebenaran ingin dimiliki oleh satu orang saja atau satu kelompok saja, dia akan langsung menghilang tak berbekas, karena kebenaran itu untuk disadari, dijalani bukan untuk dimiliki oleh makhluk yang Annica ( Tidak kekal) ini, makhluk yang Lobha ( Serakah) ini, makhluk yang penuh Irsia ( Iri hati) ini, makhluk yang penuh dengan Moha ( Kebodohan) ini dan bukan pula punya makhluk yang penuh dengan Dosa (Kebencian) ini.
Disaat sebuah kebenaran sudah di klaim oleh orang lain atau hanya milik sebagian kelompok saja, maka kebenaran tersebut akan berubah menjadi pembenaran, menurut dirinya sendiri, menurut maunya sendiri, menurut nafsunya sendiri.
Jadi Lim anakku, berjalanlah diatas kebenaran, lakukanlah yang benar benar, namun jangan sekali kali muncul keinginan untuk memiliki kebenaran yang universal tersebut, karena kebenaran itu universal tidak dapat dimiliki oleh siapapun kecuali Sang Pencipta kebenaran itu sendiri. semoga dapat dipahami dan semoga semua makhluk berbahagia lepas dari penderitaan selamanya, Sadhu sadhu sadhu..."
Ama Bhante.... hari ini baru saya pahami ucapanmu, setelah 20 tahun berlalu, terima kasih YM. Bhikkhu Pannavaro Mahathera.

Rabu, 29 Juni 2016

Tisarana / Tri Ratna



Salah satu pengetahuan dasar dalam agama Buddha adalah Tisarana / Tri Ratna yakni Buddha, Dhamma dan Sangha. Seseorang telah menjadi umat Buddha apabila ia menerima dan mengucapkan Tri Ratna yang berarti kita mengakui dan berlindung pada Buddha, Dhamma dan Sangha.

Buddham Saranam Gacchami (Aku berlindung Kepada Buddha)
Dhammam Saranam Gacchami (Aku berlindung kepada Dhamma)
Sangham Saranam Gacchami (Aku berlindung kepada Sangha)

Buddha berarti menjadi sadar / kesadaran sepenuhnya / bijaksana. Dengan kata lain, Buddha berarti seseorang yang telah mencapai Penerangan / Pencerahan Sempurna dan Sadar akan Kebenaran serta Alam Semesta. "Sang Buddha" adalah seorang yang telah mencapai Penerangan Luhur, Kebenaran mengenai Nirvana serta membabarkan ajaran sejati tentang kebebasan / keselamatan dunia semesta sebelum parinirvana.

Dhamma adalah Hukum Kebenaran / hal-hal yang berhubungan dengan ajaran agama Buddha. Dhamma adalah ajaran-ajaran Sang Buddha setelah mencapai Penerangan Sempurna, yang mengandung kebenaran dan jalan menuju Nibbana. Dhamma Sang Buddha pertama kali dibabarkan oleh Sang Buddha kepada 5 pertapa yang merupakan murid Sang Buddha sehingga kelima murid tersebut mencapai tingkat kesucian Arahat. Dalam Dhamma selalu diajarkan untuk menghindari dan melenyapkan Lobha (Keserakahan), Dosa (Kebencian), dan Moha (Kebodohan Batin).

Sangha adalah persaudaraan para Bikhu, Bikhuni pada waktu awal terbentuk. Ketika agama Buddha mulai berkembang, para anggotanya mulai berkembang selain Bikhu dan Bikhuni, juga para umat awam yang telah Upasaka dan Upasika dengan bertekad untuk mempraktekan Pancasila Buddhis atau Bodhisattva Sila.

*Dari berbagai sumber*

Rahasia di Balik Ceramah Bhikkhu Sri Pannyavaro yang Selalu Memukau

Rahasia di Balik Ceramah Bhikkhu Sri Pannyavaro yang Selalu Memukau

Sutar Soemitro



Banyak cara yang ditempuh oleh pembicara publik agar tampil memukau, ada yang penuh humor, berapi-api, hingga interaktif melibatkan audiens. Tapi gaya ceramah Bhikkhu Sri Pannyavaro justru termasuk anomali: kalem dan humor seperlunya saja. Tapi bagaimana hasilnya? Semua orang tahu, Bhante Pannyavaro adalah pembicara publik terbaik yang dimiliki agama Buddha di Indonesia saat ini. Ceramahnya selalu dihadiri banyak orang, meneduhkan, dan mengena ke batin. Apa rahasianya ya?

Bhikkhu yang memiliki pembawaan tenang dan lembut ini lahir di Blora, 22 Juni 1954. Pernah kuliah di Fakultas Psikologi UGM pada tahun 1972-1974. Kemudian di Fakultas Filsafat satu tahun, 1975. Bhante pada tahun 1987, 1990, dan dua kali pada tahun 1991 mendapat upadhi (penganugerahan gelar kehormatan) dari Sangha di Sri Langka atas jasanya membina umat Buddha Indonesia dan menjalin hubungan erat dengan Sangha di Sri Lanka.

Bhante Pannyavaro bukan hanya dihormati di kalangan umat Buddha, namun juga dikagumi oleh umat agama lain. Bisa dibilang, Bhikkhu Pannyavaro adalah figur yang paling dihormati setelah Bhikkhu Ashin Jinarakkhita dan Bhikkhu Girirakkhito.

Bhante Pannyavaro mulai dikenal sejak mengisi siaran Mimbar Agama Buddha di TVRI pada tahun 1980-an. Siaran itu tidak hanya memikat umat Buddha, tetapi juga menarik penganut agama lain karena mengungkap nilai-nilai universal secara sederhana dan mendalam. Isi ceramahnya mudah dimengerti, disampaikan dengan suara lembut sehingga menambah perasaan teduh.

Hingga kini, Bhante Pannyavaro tetap menginspirasi dalam menyampaikan ceramah Dhamma. Tutur bahasanya yang lembut dengan tata bahasa yang rapi dan tidak keluar dari topik Dhamma, seakan menyihir pendengarnya.

Tapi siapa sangka, walaupun jam terbang sangat tinggi dalam melakukan ceramah Dhamma di berbagai acara, media dan narasumber dalam seminar-seminar, ternyata Bhante Pannyavaro sampai sekarang tetap mempersiapkan materi sebelum ceramah.

“Untuk melakukan kotbah, ceramah sambutan dan lain-lain, hingga sekarang saya pun masih banyak melakukan persiapan, apalagi kalau diminta untuk memberi kotbah Waisak yang dihadiri oleh pejabat negara, seperti menteri, presiden, dan lain-lain. Pada era Presiden Gus Dur misalnya, bahwa kotbah itu tidak boleh lebih dari 15 menit, jadi saya harus memampatkan bahan-bahan semampat mungkin dengan bahasa sederhana dan mudah,” ujar Bhante Pannyavaro dalam perbincangan dengan BuddhaZine.

Bhante Pannyavaro menambahkan, “Meskipun persiapan itu tidak harus ditulis tetapi topik yang akan disampaikan harus dipersiapkan dengan baik. Kemudian bahasa tidak harus bahasa yang canggih-canggih, bahasa sederhana ternyata itu mudah ditangkap oleh masyarakat. Itu saja persiapannya.”

Menurut Kepala Vihara Mendut, Magelang ini, pengalaman menjadi penambah dalam melakukan kotbah. Bhante Pannya sendiri banyak belajar dari tokoh-tokoh agama bahkan bukan hanya tokoh agama Buddha saja. “Saya banyak belajar dari almarhum Bhante Girirakkhito dalam berbicara, dari Bhante Sombat yang dari luar negeri tapi menyampaikan Dhamma dengan bahasa Indonesia yang terbatas. Saya juga belajar dari tokoh-tokoh agama lain, ada pembicara-pembicara yang bagus, tetapi tidak lupa kandungan Dhamma itu harus tepat, kandungan Dhamma itu harus benar. Kalau kita lupakan, ya tidak ada artinya,” jelas Bhante.

Persiapan inilah yang juga diajarkannya kepada bhikkhu-bhikkhu muda, “Saya juga sampaikan kepada para bhikkhu, para murid-murid, jangan memudahkan, jangan menggampangkan. Kalau Anda mau berbicara harus dipersiapkan dengan baik. Harus ada preparation meskipun simpel, mencari bahan yang baik, disusun sistematikanya yang baik, dan jangan lupa menggunakan bahasa Indonesia yang benar tetapi sederhana.”

“Saya sampaikan kepada bhikkhu juga, boleh menggunakan guyon humor, tapi kalau bisa ya ada hubungannya dengan topik, dan jangan banyak-banyak. Nanti kalau terlalu banyak, pernah ada pejabat kita yang mengatakan, ‘Bhante kok kayak Srimulat’. Jadi jangan banyak-banyak, satu atau dua boleh,” pungkas Bhante Pannyavaro.

source http://buddhazine.com/rahasia-di-balik-ceramah-bhikkhu-sri-pannyavaro-yang-selalu-memukau/