Tampilkan postingan dengan label zen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label zen. Tampilkan semua postingan

Senin, 11 Juli 2016

Tidak Bekerja, Tidak Makan



Hyakujo, seorang Master Zen dari Tiongkok, ketika usianya sudah 80 tahun, masih bekerja bersama-sama dengan murid-muridnya: merapikan kebun, menyapu, dan memangkas ranting pohon.

Para murid tidak tega melihat Master yang sudah lanjut usia ini bekerja begitu keras, namun mereka tahu bahwa Sang Master tidak akan mendengarkan saran mereka untuk berhenti (bekerja), sehingga akhirnya mereka menyembunyikan peralatan kerja Sang Master.


Pada hari itu (hari peralatan kerjanya disembunyikan), Sang Master tidak makan.

Keesokan harinya, ia tidak makan.

Dan di hari berikutnya, Sang Master tetap tidak makan.

“Master mungkin marah karena kita telah menyembunyikan peralatan kerjanya,” murid-muridnya menduga. “Sebaiknya kita kembalikan pada tempatnya lagi.”

Pada hari dimana peralatan kerjanya kembali, Master Hyakujo kembali bekerja dan makan seperti biasa. Pada malam itu, Beliau menginstruksikan: “Tidak bekerja, tidak makan.”

No Work, No Food

Hyakujo, the Chinese Zen master, used to labor with his pupils even at the age of eighty, trimming the gardens, cleaning the grounds, and pruning the trees.

The pupils felt sorry to see the old teacher working so hard, but they knew he would not listen to their advice to stop, so they hid away his tools.

That day the master did not eat. The next day he did not eat, nor the next. "He may be angry because we have hidden his tools," the pupils surmised. "We had better put them back."

The day they did, the teacher worked and ate the same as before. In the evening he instructed them: "No work, no food."

Kisah Zen #4 - Zen Dalam Cangkir Teh

Mereka yang hanya dipenuhi oleh pandangan / pemikirannya sendiri, tidak akan pernah mau mendengarkan nasihat / pelajaran berharga dari orang lain.
Sehingga ia tidak akan mempelajari apapun yang berguna dan hanya berlandaskan dari pemikirannya sendiri.

Kisah Zen #3 - Yang Diperoleh Dari Pencerahan


Ketika seseorang telah menghentikan pembedaan, melenyapkan kekotoran batin & manipulasi pikiran, di dalam dirinya akan penuh dengan kedamaian dan dengan sendirinya akan tercipta keadaan sunya / tercerahkan.


Foto Cetya Tathagata Jakarta.

Kisah Zen #2 - Pencerahan Ombak



Manusia itu egois, yang satu berpikir bahwa "diri" itu adalah "saya", sehingga lalu membeda- bedakan dirinya dari orang lain, lalu sengsara.

Sesungguhnya manusia adalah melainkan satu dari unsur-unsur keagungan alam.


Mari kita renungkan..

Kisah Zen #1 - Zen Itu Apa?

Seperti Ikan yang tidak menyadari keberadaan Laut,
Manusia tidak menyadari Kebenaran yang ada di sekitar dan di dalam dirinya.
Foto Cetya Tathagata Jakarta.

Jumat, 01 Juli 2016

Kebijaksanaan Seorang Guru - ZEN Wisdom



Alkisah ada seorang guru yang memiliki beberapa orang murid. Salah satu di antara muridnya ada yang gagu. Suatu hari sang guru menyuruh muridnya yang gagu tadi untuk turun gunung. Sang guru berkata, “Besok, turun gunung dan sebarkanlah ajaran kebenaran yang telah kubabarkan kepada semua orang.” Muridnya yang gagu itu merasa rendah diri dan segera menulis di atas kertas, “Maafkan saya guru, bagaimana mungkin saya dapat menyebarkan ajaran guru, saya ini kan gagu. Mengapa guru tidak meminta murid lain saja yang lebih mampu membabarkan ajaran guru dengan lebih baik?”

Sang guru tersenyum dan meminta muridnya tadi merasakan sebiji anggur yang diberikan olehnya. “Anggur ini manis sekali,” tulis muridnya. Sang guru kembali memberikan sebiji anggur yang lain. “Anggur ini masam sekali,” tulis muridnya. Kemudian gurunya melakukan hal yang sama pada seekor beo. Biarpun diberi anggur yang manis atau masam, beo itu tetap saja mengoceh, “masam… masam…”

Sang guru menjelaskan pada muridnya, “Kebenaran bukanlah untuk dihafal, bukan pula cuma untuk dipelajari, tapi yang terutama adalah untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.”

Cacat tubuh yang kita miliki janganlah menjadi rintangan dalam mengembangkan batin kita. Kita jangan seperti sebuah sendok yang penuh dengan madu, tapi tidak pernah mengetahui manisnya madu itu. Kita jangan seperti beo yang pintar mengoceh, tapi tidak mengerti apa yang diocehkannya. Engkau memang tidak mampu berbicara dengan baik, tapi bukankah engkau bisa menyebarkan kebenaran dengan cara-cara lain, misalnya menulis buku? Lebih penting lagi, bukankah perilakumu yang sesuai dengan kebenaran akan menjadi panutan bagi yang lain?” Itulah cara mengajar terbaik: teladankan kebenaran dalam perilakumu, bukan cuma dalam ucapan.

Rabu, 29 Juni 2016

Cerita Zen - Bagaimana berlatih Zen?


Seorang umat bertanya kepada guru Zen.

Umat : Orang seperti apa yang mempraktekkan Zen ?

Guru : Orang seperti saya.

Umat : Guru, bagaimana kamu melatih Zen ?

Guru : Berlatih Zen adalah mengganti pakaian, mandi, tidur dan makan.

Umat : Tapi Itu kan pekerjaan duniawi. Pelajaran pikiran yang bagaimana yang bisa disebut dengan berlatih Zen ?

Guru : Menurutmu, apa yang aku lakukan setiap hari ?

Catatan:
Latihan Zen berasal dari percakapan setiap hari, mencuci muka, makan dan hal-hal seperti itu. Orang harus melakukannya dengan penuh KESADARAN. Persepsi atas hakikat benda berasal dari melakukan hal-hal itu dengan sepenuh hati.

Cerita Zen - Membawa Gadis Menyeberangi Sungai


Guru Zen Jepang Tanzan dan rahib muda Ekido bertemu dengan seorang gadis cantik yang tidak bisa menyeberangi sungai kecil.
Tanzan : Aku akan menggendongmu menyeberangi sungai. (kata Tanzan kepada gadis tersebut)
Setelah di seberang sungai.
Gadis : Guru, terima kasih dan selamat tinggal.
Tanzan dan rahib muda Ekido kemudian meneruskan perjalanan. Setelah setengah hari perjalanan. Rahib muda Ekido berkata
Ekido : Guru, kita bhiksu tidak boleh mendekati perempuan. Mengapa tadi anda menggendong gadis tersebut ?
Tanzan : Gadis mana yang kamu maksud ? Aku sudah menurunkannya sejak tadi. Mengapa anda masih memikirkannya ?
Catatan : Orang yang menggendong gadis tersebut melakukan tanpa nafsu. Dia melakukannya dengan spontan dan tanpa pamrih. Bukankah rahib muda yang punya nafsu ?